Welcome to our website !

Merebaknya Situs Diskon Indonesia

By 1:52 PM

Akhir 2010 mencuat berita menghebohkan di jagat internet. Groupon, perusahaan startup internet di AS, menolak mentah-mentah tawaran akuisisi Google senilai US$ 6 miliar alias sekira Rp 55 triliun! Tak pelak, berita tersebut menjadi isu hangat di berbagai media massa online dan offline di AS, sekaligus promosi gratis bagi situs yang diluncurkan Andrew Mason (30 tahun) pada Oktober 2008 itu.

Bisnis Groupon sendiri lazim disebut dengan layanan deal of the day, yakni menawarkan kupon diskon, biasanya 50%-90% dari harga normal, untuk menikmati layanan restoran, spa, kursus yoga dan sebagainya. Kupon Groupon, yang hanya tersedia bagi anggota yang telah mendaftar via email, hanya berlaku jika jumlah peminatnya mencapai jumlah tertentu (tipping point). Jika terlampaui, konsumen yang mendaftar berhak atas kupon diskon tersebut. Jika tidak, penawaran akan dibatalkan. Groupon sendiri menarik fee separuh dari nilai kupon yang ditawarkan.

Dari ide sesederhana itu, jumlah anggota terdaftarnya kini mencapai 35 juta di 150 kota di AS, dan di 100 kota lainnya di Eropa, Asia dan Amerika Selatan. Pendapatannya? Dari Januari 2010 hingga Januari 2011, diperkirakan pemasukan bulanannya melonjak 8 kali lipat dari US$ 11 juta menjadi US$ 89 juta, atau total US$ 460 juta sepanjang 2010. Tahun ini pendapatannya diperkirakan meroket ke angka US$ 3 miliar – 4 miliar. Prestasi gemilang dari ide sederhana yang mudah ditiru!

Ya, saking mudahnya, kini ada sekitar 500 situs sejenis di seluruh dunia, termasuk 100 situs sejenis di negeri asalnya. Di Indonesia? Jangan ditanya! Sepanjang 2010, bagai cendawan di musim hujan, para Groupon clone pun bersemi. Menurut Jason Lamuda, salah satu pemain situs diskon dengan bendera Disdus.com, kini terdapat sekira 20 pemain sejenis. Di antaranya Disdus.com, Dealkeren.com, Ogahrugi.com, eVoucher.co.id, Lapar.com, Grupay.com, dan Bursadiskon.net.

Meski tiruan, jangan anggap remeh. Dilihat dari jumlah transaksinya, potensi bisnis sebagian situs itu cukup besar. www.disdus.com contohnya. Situs diskon yang diluncurkan pada Agustus 2010 oleh Jason Lamuda (25 tahun) dan Ferry Tenka (26 tahun) itu mengklaim mampu menjual 300-500 kupon per hari seharga rata-rata Rp 10 ribu – Rp 150 ribu/kupon. Artinya, situs yang menawarkan diskon 50%-80% ini mampu membukukan penjualan minimal Rp 3 juta per hari atau setidaknya Rp 90 juta per bulan. Itu baru jumlah pemasukan minimal Disdus, belum terhitung pendapatan dari situs-situs diskon lainnya.

Di Disdus.com, diskon yang diperoleh melalui rayuan tim penjualan Disdus ke merchant itu dipromosikan paling lama sampai 5 hari untuk produk-produk restoran, spa, rekreasi sampai gadget dan hotel. Situs yang berawak 20 orang itu meraup laba 15%-30% dari nilai voucher. Setelah berjalan selama 6 bulan, kini ada lebih dari 100 merchant yang bekerja sama. Beberapa merchant yang pernah bekerja sama antara lain: Pizza Boutique, Sushi Groove, Blitzmegaplex, Gold Gym, Ritz Carlton Spa, dan Jakarta School of Photography.

Pemain situs diskon lainnya adalah eVoucher.co.id, yang diluncurkan nyaris bersamaan dengan disdus.com pada Agustus 2010 oleh Danny Baskara. Sama seperti Groupon, eVoucher menerapkan sistem tipping point yang harus melampaui nilai penjualan minimum. Dibantu 6 staf, saat ini eVoucher bekerja sama dengan sekitar 50 merchant restoran, arena permainan, travel agent, salon, gadget, dan sebagainya. “Kalau promonya bagus, satu hari eVoucher bisa menjual 50-100 voucher. Kalau tidak, bisa saja tidak ada yang terjual” urai Danny.

Danny sendiri sering kali tidak mengambil untung dalam bentuk uang, namun melalui keuntungan promosi situs web eVoucher di merchant tersebut. “Tapi keuntungan bisa juga didapat dari brand-brand kecil, karena potongan diskonnya besar, kita bisa dapat margin yang cukup besar,” ungkapnya.

Tantangan di bisnis ini, menurut Dann, terletak pada kebutuhan tenaga pemasaran offline untuk melakukan negosiasi dengan merchant. “Negosiasi biasanya tidak cepat. Dan sesudah negosiasi selesai, kita hanya bisa memasarkan promo mereka dalam tempo 2 hingga 7 hari,” katanya yang selain di Jakarta, kini memiliki cabang di Bali..

Kendala lainnya terdapat pada sistem pembayaran. Kebanyakan warga maya Indonesia masih menggunakan transfer bank yang harus melalui prosedur verifikasi berlapis-lapis, tidak melalui Paypal atau Cc yang tidak memerlukan verifikasi manual.

Adapun saran menarik untuk para merchant yang bekerja sama dengan situs-situs diskon datang dari Donny Prasetya, pengusaha restoran barbeque Q Smokehouse di Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan. Intinya, Donny tidak menyarankan bekerja sama dalam jangka panjang. “Kalau kebanyakan memberi diskon, harga asli kita akan dianggap terlalu mahal oleh konsumen,” ujar Donny yang bekerja sama dengan situs diskon Ogahrugi.com sejak Februari 2011.

Karena itu, Donny yang juga menjabat Associate Operations Officer di IFC Advisory Services tersebut mengaku, meski situs diskon mampu menarik pengunjung yang lumayan, namun ia semata bertujuan untuk meningkatkan awareness. “Karena, terus terang, kami menjual produk di situs diskon tidak dengan harga untung,” ungkapnya.

Hingga penawarannya ditutup, dari pemantauan SWA di situs www.ogahrugi.com, Q Smokehouse mampu menjual 241 voucher dengan harga Rp 50 ribu per voucher dari nilai asli Rp 120 ribu.

Sementara itu pakar pemasaran Sumardy melihat, tantangan bagi situs diskon adalah menarik critical mass  yang cukup besar. Jika sudah mencapainya, perusahaan akan mengembang dengan cepat dan bisa menarik fee lainnya, seperti jasa berlangganan. “Namun, jika tidak bisa besar, jadilah spesialis di suatu kategori,” saran Sumardy seraya memperkirakan kue bisnis situs diskon akan membesar di masa depan. Dengan menjadi spesialis, mereka akan bisa membaca perilaku belanja konsumennya lebih akurat, sehingga bisa memberikan ide penawaran yang lebih baik kepada merchant.

Prediksi Sumardy tentang potensi bisnis ini ada benarnya. Buktinya, pada akhir 2010, perusahaan modal ventura East Venture yang salah satu motornya adalah Batara Eto menyuntikkan dana kepada Disdus.com. Dengan injeksi tersebut, Disdus yang kini beroperasi di Jakarta dan Bandung akan membuka kantor pemasaran di Surabaya, Yogyakarta, Medan, dan Bali. “Memang konsep ini local advertising, membantu merchant-merchant atau bisnis lokal yang ingin mendapatkan customer baru. Jadi walaupun online, kami perlu sales team di kota lain,” jelas Jason Lamuda.

You Might Also Like

0 comments